Hari Bela Negara Momen Hayati Makna Satu Komando

SHARE

19 Desember kerap diperingati sebagai Hari Bela Negara. Momen ini dilatarbelakangi peristiwa bersejarah Agresi Militer Belanda kedua pada 1948. Momen itu dikenang sebagai hari di saat para pejuang Indonesia berjuang keras mempertahankan kemerdekaan negerinya yang hendak dirampas lagi oleh Belanda,  hingga pemerintah Republik Indonesia terpaksa membentuk pemerintahan darurat yang berpusat di Bukittinggi. 

Mengenang momen ini, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Cirebon Saefuddin Jazuli mengungkapkan pentingnya untuk tetap solid di saat-saat mudah ataupun sulit. Ini disampaikannya saat memimpin apel pagi pada Senin (19/12). 

"Dalam menjalankan tugas tentu ada masa-masa mudah dan masa-masa sulit. Keduanya dapat dihadapi dengan saling bahu membahu, saling mendukung, dan saling menguatkan dengan cara bekerja secara tim dalam satu komando," ucapnya. 

Saefuddin menambahkan bahwa satu komando ini dapat diartikan bahwa aparatur sipil negara tidak dapat berjalan sendiri-sendiri melainkan mengacu pada arahan pimpinan setingkat di atasnya. 

"Kementerian Agama merupakan organisasi vertikal, di mana daerah tidak serta merta menciptakan satu kebijakan sendiri tanpa adanya arahan ataupun instruksi secara top-bottom," lanjutnya. 

Pola top-bottom ini dijalankan mengacu pada garis komando yang mengerucut pada Menteri Agama hingga berhulu kepada Presiden Republik Indonesia, dan puncaknya adalah mengacu pada falsafah bangsa, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 
Ini sejalan dengan amanat Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas dalam amanatnya pada 17 Agustus 2022.

"Semua jajaran Kementerian Agama dari pusat hingga daerah harus berada dalam satu barisan yang kokoh dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. Tidak boleh masing-masing unit berjalan sendiri-sendiri. Semuanya harus satu komando, satu barisan dan satu langkah agar tujuan kita dapat tercapai secara maksimal," ucapnya. 

Kontributor : Haji Arif Arofah