Penyuluh Hindu dan Budha Ajak Mahasiswa UGJ Pahami Pluralisme dan Moderasi Beragama

SHARE

Jalan Perjuangan (HUMAS Kota Cirebon)


Sebuah Diskusi Interaktif diadakan di Auditorium gedung B Lantai 7 Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon. Kegiatan ini diberi nama "Diskusi Interaktif Mahasiswa Semester 1 Fakultas Kedokteran UGJ," yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UGJ dan dihadiri oleh lebih dari 250 mahasiswa semester 1. Jumat (3/11/2023).


Tema utama yang dibahas dalam diskusi ini mencakup Ibadah New Normal Pasca Pandemi dan pentingnya vaksin dalam menjaga kesehatan masyarakat, serta fokus pada Pluralisme dan Moderasi Beragama sebagai salah satu program unggulan Kementerian Agama. Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah pembicara yang mewakili berbagai keyakinan agama.


Dua pembicara yang tampil dalam acara tersebut adalah Catur Widyaningsih, S.Pd.B., sebagai Penyuluh Agama Buddha Kementerian Agama, dan Made Supartini, S.Ag., sebagai Penyuluh Agama Hindu Kementerian Agama.  Para penyuluh memainkan peran penting dalam mengenalkan konsep pluralisme dalam ajaran agama dan mendorong moderasi beragama dalam menghadapi pluralitas dalam masyarakat.


Dalam pembahasannya, Catur menjelaskan konsep pluralisme dalam agama Buddha, yang menekankan pentingnya menghormati perbedaan keyakinan dan pandangan. Ia juga menggarisbawahi prinsip-prinsip toleransi, kedamaian, dan saling pengertian dalam beragama.
"Pluralisme dilihat sebagai cermin dari aspek agama yang mencerminkan keragaman dan keseimbangan dalam alam semesta. Konsep pluralisme dalam agama Budha menekankan penghargaan terhadap berbagai manifestasi Tuhan yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk dan keyakinan. Moderasi beragama dalam konteks Budha mendorong kita untuk menjalani keyakinan dengan penuh kesederhanaan dan menghormati perbedaan," terangnya.


Made Supartini, sebagai perwakilan agama Hindu, memperkenalkan nilai-nilai pluralisme dalam konteks Hindu. Ia mengilustrasikan bagaimana Hinduisme mengajarkan toleransi terhadap berbagai keyakinan dan mengajak untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni.
Selain itu, keduanya juga membahas pentingnya moderasi beragama dalam konteks pluralitas masyarakat. Moderasi beragama mendorong praktik agama yang seimbang, menghindari ekstremisme, dan berkontribusi pada kerukunan antarumat beragama.


Diskusi ini memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswa kedokteran tentang bagaimana menghadapi perbedaan agama dan pluralitas dalam praktik kedokteran dan pelayanan kesehatan. Diharapkan, pengetahuan ini akan membantu mereka menjadi tenaga medis yang lebih sensitif terhadap kebutuhan dan keyakinan pasien dari berbagai latar belakang agama. Kegiatan ini adalah langkah positif dalam mempromosikan toleransi, kerukunan, dan pemahaman lintas agama di masyarakat.

Kontributor : Riani K