Kasi Bimas Islam : Anak Muda Perlu Rajin Cari Referensi

SHARE

Kesambi (HUMAS Kota Cirebon) 

Survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) pada 2019 menyebutkan bahwa Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan literasi. Artinya, budaya literasi masyarakat kita masih terbilang rendah. Ini terjadi pula pada kalangan remaja Indonesia, yang lemah dalam literasi. 

Ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Bimas Islam Rizki Riyadu Taufiq pada Seminar Literasi Beragama bagi Siswa SMA/SMK/MA Kota Cirebon di aula Kantor Kementerian Agama Kota Cirebon (7/9/2023). 

"Budaya literasi di Indonesia tergolong rendah. Hal ini terjadi pada berbagai kalangan, tak terkecuali remaja usia sekolah," ucapnya pada kegiatan yang diprakarsai oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Cirebon. 

Fakta ini menjadi menarik mengingat remaja usia sekolah bertemu bahan bacaan setiap hari, namun tingkat literasi masih terhitung rendah. Hal ini disinyalir oleh  tingginya tingkat kemalasan dalam membuka buku bacaan dan referensi. Rizki mengungkapkan bahwa fata ini menjadi rambu kuning yang harus segera diatasi, termasuk jika dikaitkan dengan isu keagamaan yang kerap beredar. 

"Rendahnya literasi bisa berdampak pada daya tahan remaja menahan gempuran hoax berkait isu keagamaan. Dalam kondisi malas mencari referensi valid dan sumber bacaan utama, remaja tidak dapat memilah informasi yang diterimanya dengan baik dan benar. Informasi keagamaan yang diterima cenderung langsung dipercaya tanpa difilter atau dicari dulu kebenarannya sampai ke sumber bacaan utama," tambahnya. 

Rizki menyebut bahwa sumber bacaan utama dimaksud seperti buku dan kita. Adapun sumber yang dimanfaatkan oleh para remaja sebatas apa yang didapat dari internet tanpa menelaah lebih jauh apakah informasi yang diakses merupakan informasi yang valid ataukah keliru. 

Ada 30 peserta yang mengikuti kegiatan ini, berasal dari SMA, SMK, dan MA di lingkup kerja Kota Cirebon. 

Kepada peserta, rizki mengimbau satu pesan penting agar terhindar dari bahaya hoax. "Agar terhindar dari bahaya hoax, maka kuncinya adalah yakni rajin mencari referensi valid dan belajar agama dengan sungguh-sungguh dan utuh. Dengan cara seperti ini, kita pun terhindar dari sikap merasa benar sendiri dan sikap mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pemikiran."

Kontributor : H. Arif Arofah